Blue Fire Ijen, Fenomena Alam Langka yang Hanya Ada Dua di Dunia!

Blue Fire Ijen – Assalamualaikum. Hai sobat, dipostingan ini saya akan membagikan pengalaman mendaki gunung lagi nih, setelah sebelumnya saya beserta anggota HIMAWARKOP telah berhasil menaklukkan surganya Semeru, Ranu Kumbolo.

Bagi sobat ketinggalan membaca postingan tentang danau yang sering digadang-gadang menjadi surganya Semeru, bisa cek disini.

Jadi ceritanya saat itu lagi musim liburan kuliah semester ganjil nih. Saat lagi enak-enaknya berselancar di dunia maya, tiba-tiba ada notifikasi Whatsapp di handphone Samsung jadul saya.

Pertama saya baca sih muncul notif layarnya tertera tulisan, “Berburu blue fire Ijen, yuk”.

Tentu, tanpa membaca pun saya udah tahu isi pesan Whatsapp-nya. Pasti teman saya ngajakin naik gunung nih, haha. Meskipun saya lahir dan menetap selama puluhan tahun di Banyuwangi, tapi hingga kuliah pun saya gak pernah mendaki gunung Ijen.

Padahal gunung Ijen udah cukup populer dikalangan wisatawan domestik maupun mancanegara, lho.

Anehnya, saya yang kelahiran asli Banyuwangi malah belum pernah kesana. Biasalah, saya kan anak mama bukan tipe orang yang suka travelling, tapi begitu diajak jalan, langsung gass, haha.

Dulu pernah sih saat masih SMA, saya diajak teman sekelas mendaki gunung Ijen. Tapi apa daya, izin dari orang tua belum berhasil saya kantongin. Sebagai anak yang baik dan suka menabung, ya saya turutin aja.

Hmm.. Mungkin dulu saya dianggep masih belum dewasa kali ya, belum bisa jaga calon istri diri.

Tapi kalau sekarang mah beda cerita, haha.

Langsung aja yuk disimak perjalanan berburu blue fire Ijen, hingga info lengkap pendakiannya.

Check it out.

Pengenalan Gunung Ijen

blue fire ijen bwi indonesia
sumber: kumparan.com, by Aditia Rijki Nugraha

Gunung Ijen merupakan salah satu gunung berapi yang lokasinya terletak di perbatasan kabupaten Banyuwangi dan kabupaten Bondowoso. Gunung yang memiliki ketinggian 2.443 mdpl ini, memiliki kawah seluas 2.468 hektar di puncaknya.

Dengan suhu udara yang dingin yaitu sekitar 10° C, bahkan ketika kondisi ekstrim bisa mencapai suhu 2° C, tidak heran jika di gunung Ijen banyak dijumpai tanaman yang hanya tumbuh di dataran tinggi, seperti Bunga Edelweis, Cemara Gunung, serta Pohon Manisrejo.

Gunung Ijen terakhir kali meletus pada tahun 1999 dan hingga tahun 2019 sering kali menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik.

Status Siaga pun seringkali dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kepada masyarakat disekitar gunung.

Meskipun demikian, hal ini tidak mengurangi sedikit pun minat para wisatawan untuk menaklukkan gunung yang telah mencuri hati mereka ini.

Saking kuatnya daya tarik gunung Ijen ini, bahkan para menteri pun turut andil dalam mengukir kisah penaklukan di gunung ini.

Beberapa diantaranya seperti menteri keuangan Sri Mulyani, menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Jendral TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan dan gubernur Bank Indonesia Agus Dermawan Wintarto Martowardjojo, serta bupati Banyuwangi  Abdullah Azwar Anas.

Bahkan ada beritanya nih disini.

blue fire ijen menteri
sumber: travel.kompas.com

Persiapan Berburu Blue Fire Ijen

persiapan blue fire ijen
sumber: pexels.com, by alex andrews

Salah satu daya tarik dan menjadi icon yang melekat di gunung Ijen yaitu fenomena api biru atau blue fire Ijen. Bagaimana tidak? Blue fire hanya ada dua di dunia. Satu di Islandia, satu lagi di gunung Ijen.

Keren gak tuh.

Udah sepatutnya kita bangga terhadap negara kita tercinta atas kekayaan alamnya yang luar biasa. Belum lagi masyarakatnya terkenal ramah di mata dunia, apalagi saya, haha.

Sebelum merencanakan untuk menaklukkan gunung Ijen, ada beberapa hal yang perlu disiapkan, seperti mental, fisik dan logistik.

Yang paling utama sih fisik menurut saya, karena medan disana hampir sebagian besar menanjak. Setidaknya lari pagi setiap hari, rutin selama seminggu udah cukup sebagai senjata untuk menaklukkan keperkasaan gunung ini.

Untuk persiapan logistik menuju ke gunung Ijen sendiri tergolong simpel, gak rempong. Hanya dengan membawa sepatu gunung, jaket tebal, tas bawaan, serta makanan secukupnya aja udah cukup.

Tips lengkap mendaki gunung Ijen:

  1. Menggunakan pakaian rangkap atau jaket tebal
  2. Gunakan sepatu gunung atau sepatu yang alasnya tidak licin
  3. Membawa masker mulut atau sarung tangan untuk menghindari asap belerang
  4. Membawa minum secukupnya
  5. Membawa senter, jas hujan atau obat asma (bagi penderita asma)
  6. Berdoa sebelum mendaki dan disepanjang rute pendakian

Kebetulan kami hanya berdua. Jujur gak ada persiapan sama sekali untuk mendaki gunung Ijen. Teman saya (sebut saja si Fulan) langsung berangkat dari Lamongan menuju Banyuwangi dengan hanya membawa tas, sandal, dan jaket.

Dia tiba di Banyuwangi H-1 sebelum perburuan blue fire Ijen dimulai. Dihari itu juga kami baru akan mencari kebutuhan logistik yang akan dibawa saat mendaki.

Sumpah mepet banget waktunya. Sempet panik sih, soalnya setahu saya, kalau mau mendaki gunung itu persiapannya musti matang. Lah ini mendakinya besok, hari ini malah belum prepare apa-apa.

Ini pun kali pertama kami mendaki gunung Ijen. Jadi, meskipun informasi pendakian yang terbatas, kita pun nekat berangkat.

Lumayan lah, itung-itung nambah pengalaman kita nanti, haha.

Kita sudah jauh-jauh hari merencanakan untuk mendaki hanya dalam waktu satu harian penuh. Jadi tengah malam berangkat, sorenya udah dalam perjalanan pulang.

Setelah diskusi panjang soal logistik serta persiapan pendakian yang super mepet, akhirnya kita putuskan untuk membawa barang seadanya dah.

Dan coba kalian tebak barang bawaan saya apa aja?

Hanya baju yang dirangkap dua, tas, smartphone, dan sandal jepit.

Biasanya kan sandal japit digunakan untuk di rumah atau ke masjid, lah ini malah dipakai naik gunung, haha.

Entahlah, ini antara nekat dan konyol. Bayangin aja, mana ada orang yang mau mendaki gunung hanya dengan sandal, sandal japit lagi. Tapi meskipun terdengar konyol, kami tetep yakin bisa mencapai puncak hanya modal sandal japit kok XD.

Kami pun tancap gas pukul 11.00 WIB dengan mengendarai sebuah motor matic scoopy, setelah sebelumnya tidur nyenyak beberapa jam sebelum keberangkatan.

Saran aja nih sob, sebisa mungkin kalau mau naik gunung Ijen, jangan sekali-kali menggunakan motor matic, bahaya sob. Emang sih lebih gampang dan nyaman saat berangkat. Tapi beda cerita ketika dalam perjalanan pulang.

Pas pulang kan jalanannya turunan semua tuh. Nah, kalau pakai motor matic, rem suka blong. Sumpah ngeri. Kalau gak bisa mengendalikan saat blong mah bisa-bisa terjun ke jurang.

Saya aja kapok enggak bakalan lagi naik motor matic kalau mau naik gunung.

Kalau masih ngeyel, coba lihat berita disini sob.

Meskipun sebenarnya hanya himbauan, bukan larangan, tapi setidaknya kalau kalian masih saying nyawa sih mending patuh aja. Toh buat keselamatan kita juga kan, sob.

Kalau sepeda motor manual kan masih bisa memainkan gigi nya saat tanjakan maupun turunan, insyaAllah lebih aman. Tapi jangan lupa service motor dulu ya sebelum berangkat.

BACA JUGA: Info Pantai Tiga Warna Malang Terbaru Lengkap

Rute menuju Paltuding dan Info Transportasi Lengkap

blue fire ijen motorcycle
sumber: https://www.redbull.com

Rute perjalanan menuju Paltuding (gerbang pendakian Ijen) pun tergolong mudah diakses. Kalian gak perlu repot-repot buka google map kok, apalagi peta.

Kalau dulu sih jalanannya susah diakses, tapi sekarang udah pada dibenerin semua kok, sejak kepemimpinan bupati Azwar Anas.

Thank you pak Azwar Anas 😀

Nah, bagi kalian yang memulai perjalanan dari Bali, dapat menyeberang menggunakan kapal ferry menuju pelabuhan Ketapang.

Dari Ketapang bisa melanjutkan dengan kendaraan pribadi menuju kota Banyuwangi, yang kemudian dilanjutkan menuju ke kecamatan Licin hingga nantinya melewati desa Tamansari, tepatnya di dusun Jambu.

Setelah sampai sini, langsung deh ke Paltuding.

Sedangkan untuk kalian yang dari Surabaya (kota lain) maupun luar pulau Jawa, terdapat dua rute perjalanan yang dapat ditempuh, yaitu melewati Bondowoso atau Banyuwangi.

Kalau kalian memilih rute Bondowoso, jarak dari Surabaya ke Bondowoso memang lebih dekat. Namun jarak dari Bondowoso menuju Paltuding-nya yang jauh, bisa sampai 76 km lho.

Sedangkan untuk yang mengambil rute Banyuwangi, memang sih jarak Surabaya – Banyuwangi lebih jauh, namun jarak Banyuwangi ke Paltuding jauh lebih dekat, sekitar 30 km.

Mau pilih rute manapun, monggo.

Untuk kalian yang memilih rute Bondowoso, dari kota Surabaya dapat langsung menuju Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, dan terakhir Bondowoso.

Sedangkan kalian yang mengambil rute Banyuwangi, dari kota Surabaya dapat langsung menuju Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, dan terakhir Banyuwangi.

Sebenarnya sih kalau kalian membawa mobil pribadi, kedua rute tadi gak ada bedanya. Jarak tempuhnya hampir sama.

Tapi, bagi kalian yang menggunakan angkutan umum, saya sarankan mengambil rute Banyuwangi. Ini karena moda transportasi ke Paltuding jauh lebih lengkap.

Selain itu, di Banyuwangi sendiri pun terdapat banyak jenis jasa transportasi yang bisa digunakan, mulai dari sewa Jeep Trooper, sewa motor, ojek online (ojol), ataupun sewa angkutan kota (angkot).

List harga penyewaan tranportasi:

  • Jeep Trooper kurang lebih ± Rp 600.000,- – Rp 700.000,-
  • Sewa motor sekitar ± Rp 75.000,- per hari
  • Ojek online (ojol) ± Rp 150.000,- pulang-pergi
  • Sewa angkot ± Rp 125.000,- – Rp 150.000 (mampu diisi 5-7 orang)

Oh ya sob, meskipun sewa angkotnya lebih murah, angkot tersebut hanya akan mengantar sampai kantor PT. Candi Ngrambi di desa Tamansari. Setelah itu bisa melanjutkan perjalanan menggunakan truk pengangkut belerang menuju Paltuding.

Biayanya pun bisa dibilang cukup murah. Kalian hanya perlu memberi tips Rp 5000,- per orang ke supir truk. Itung-itung buat membatu meningkatkan perekonomian mereka, sob.

Untuk jadwal keberangkatan truk pengangkut belerang ini biasanya pada pukul 07.00 WIB dan 12.00 WIB. Sedangkan jadwal turun dari Paltuding menuju kantor PT. Candi Ngrambi yaitu pukul 11.00 WIB dan 16.00 WIB.

Karena saya orang asli Banyuwangi, jadi gak terlalu repot untuk masalah transportasi. Hanya modal sepeda motor udah bisa melanjutkan perburuan blue fire Ijen ini, haha.

Perjalanan Malam yang Tak Terlupakan

blue fire ijen bwi
sumber: kid101.com

Gelap, dingin dan sunyi. Hanya itu yang menemani kami disepanjang jalan menuju Paltuding. Suara jangkrik dan serangga lain pun turun mengiringi suasana malam itu.

Penerangan rumah-rumah penduduk sekitar pun berangsur-angsur lenyap tatkala sinar rembulan semakin terang sembari membasahi sekujur wajah kami dengan sinarnya.

Yang tersisa hanya lampu sepeda motor yang hanya mampu menyinari jalanan beberapa meter kedepan. Meskipun terdengar rada horor, tapi jujur suasana diperjalanan saat itu benar-benar membuat pikiran tenang.

Rasa kantuk tengah malam perlahan pergi ketika sinar-sinar lampu jalan perlahan mendekati kami lalu menghilang ditelan kegelapan malam.

Sunyinya suasana malam saat itu tiba-tiba pecah ketika motor yang kita kendarain mogok. Perlahan, lampu sepeda motor pun lenyap ditelan juga oleh gelapnya malam. Yang tersisa hanyalah sinar bulan yang menemani kita dikesunyian malam itu.

Panik, cemas dan takut campur aduk menjadi satu dipikiran saya. Gimana enggak?! Wong kita berada didaerah sepi yang bahkan gak satupun kendaraan yang melintas.

“Gimana kalau ada begal? Gimana kalau ada macan”, beribu pikiran negatif saya yang muncul seketika.

Untungnya, kami berdua bisa mengendalikan emosi saat itu. Berbagai cara kita coba untuk terus menerus menyalakan sepeda motor. Entah kenapa saat saya sudah mulai tenang, justru saya merasakan ketenangan yang mendalam.

Ya, ketenangan yang sangat mendalam yang tidak akan pernah didapatkan di tengah hiruk pikuknya kota.

Kalau kalian gak percaya, coba deh ketika sudah mulai melewati jalan tanjakan menuju Paltuding, coba berhenti sejenak dipinggir jalan dan matikan kendaraan motor kalian, dan rasakan sensasinya.

Coba komentar di kolom bawah yang sudah pernah mencoba.

Yuk lanjut..

Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya berhasil juga dinyalakan. Karena waktu munculnya blue fire Ijen yang terbatas, kami pun langsung tancap gas melanjutkan perjalanan.

Oh ya sekedar informasi, blue fire Ijen hanya muncul dari pukul 02.00 WIB hingga 04.00 WIB. Tapi waktu terbaik untuk menyaksikan blue fire Ijen dari pukul 02.00 WIB hingga 03.00 WIB.

Kalo lebih dari itu biasanya blue fire Ijen gak bakal terlihat, karena udah tercampur dengan sinar matahari yang mulai terbit juga.

Jadi usahakan mengatur waktu seefisien mungkin ya bagi yang mau berburu.

BACA JUGA: Pengalaman Nyantri di Sintesa dengan Modal Nekat

Pendakian  Dini Hari

blue fire ijen moon
sumber: youtube.com, by SlowTV Relax&Background

Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 01.30 WIB. Akhirnya kami tiba di Paltuding. Kebetulan saat itu belum masuk weekend, jadi hanya beberapa orang saja yang naik gunung.

Bisa dibilang cukup sepi. Beberapa warung sudah terlihat tutup. Tanpa mengulur waktu, kamipun langsung menuju loket pembelian tiket.

Saat ini sih bisa dibilang fasilitas di objek wisata Kawah Ijen ini cukup lengkap.

Fasilitas di kawasan wisata gunung Ijen:

  • Ruang kesehatan (di kaki gunung)
  • Penginapan
  • Mushola
  • Lahan parker yang luas
  • Camping ground

Selain yang disebutkan diatas, bagi sobat yang tidak membawa kebutuhan logistik, masih banyak kok warung-warung yang berjualan diarea ini.

Jadi gak perlu khawatir kan.

Untuk wisatawan domestik, harga tiket masuknya sangat terjangkau. Saat weekday sebesar Rp 5.000,- dan saat weekend Rp 7.500,-. Sedangkan wisatawan mancanegara, saat weekday Rp 100.000,- dan saat weekend Rp 150.000,-.

Bedanya jauh banget ya, haha. Mungkin daya beli dari wisatawan mancanegara jauh lebih tinggi dibandingkan wisatawan domestik, makanya harga tiketnya bisa berkali-kali lipat gitu.

Tiket udah dapat, mental siap, fisik sudah prima kembali. Saatnya mendaki, yuhu.

Untuk track-nya sendiri memiliki sudut kemiringan sekitar 10° hingga 35°, dan itu hampir semuanya tanjakan. Benar-benar membutuhkan fisik yang prima.

Ditengah jalur pendakian, kami banyak menyapa sesama pendaki, terutama penduduk sekitar yang sedang mengangkut belerang. Ini Wajib ya, kan semua pendaki itu bersaudara. Kalau kita ada apa-apa di jalur pendakian,  orang yang pertama kali menolong kita kan para pendaki juga.

Tak jarang kita pun bercengkrama dengan beberapa turis mancanegara. Kebetulan yang sempat saya ajak ngobrol turis asal Paris. Wuihh, negara wisata impian saya nih.

Jangan dibayangin dah gimana saya ngobrol dengan turis disana, suka belepotan. Bahkan nih ya, kalau ada bahasa yang gak saya ngerti, saya pakai bahasa isyarat, haha. Meski demikian, tapi tetap aja seru lho mengenal orang dari berbagai negara.

Bau belerang pun mulai menembus tipisnya masker yang saya pakai. Rupanya kami sudah hampir mencapai puncak gunung Ijen.

Jarak antara Paltuding ke kawah Ijen sekitar 3 km. 2 km sebelum puncak dari Paltuding, para pendaki disuguhkan tempat pemberhentian terakhir, yaitu Pos Bunder. Normalnya, waktu tempuh dari Paltuding ke puncak sekitar 2-3 jam, tergantung fisik dari wisatawan juga.

Kami tiba di puncak tepat pukul 04.00 WIB, dan aroma belerang sudah tercium dari tempat kami berdiri.

Saya sempat speechless ketika melihat hamparan api biru menyembur dengan indahnya.

blue fire ijen hanya ada dua di dunia
sumber: Dok. Pemkab Banyuwangi

MasyaAllah.

Blue fire Ijen ini keluar dari tempat penambangan sulfur oleh para penambang sekitar. Saya benar-benar gak bisa menggambarkan lagi lewat kata-kata bagaimana indahnya ciptaan Tuhan yang satu ini.

Ditambah lagi blue fire ini hanya ada dua didunia, dan salah satunya ada di Indonesia. Sumpah bangga banget.

Saya mengambil spot terbaik untuk duduk sembari menikmati semburan blue fire yang memancarkan kombinasi warna biru yang memanjakan mata. Saya pun duduk terpaku akan keindahannya hingga sang Fajar mulai memancarkan sinarnya dari ufuk timur.

Setelah puas menikmati fenomena alam yang hanya ada dua di dunia ini, saya pun melanjutkan menuju danau yang terkenal dengan warna hijaunya, kawah Ijen.

blue fire ijen banyuwangi indonesia
sumber: ARSIP PEMKAB BANYUWANGI

Sobat yang sudah berada disini udah gak perlu khawatir lagi akan spot selfie. Buanyak banget.

Yang penting ingat satu hal ya sob.

Utamakan keselamatan dan juga kelestarian alam. Jangan hanya karena ingin eksis dan mengisi feed instagram, malah cari spot selfie yang berbahaya, apalagi sampai merusak alam. Engga banget deh.

Semoga dengan segala keindahan kawah dan semakin di kenalnya kawah ini di mata dunia, kawasan kawah Ijen ini masih akan tetap terus terjaga kelestariannya. Amin.

Sekian sharing pengalaman saya kali ini, semoga bermanfaat.

Wassalamualaikum

Leave a Comment